Ciptakan Rumah Ramah Anak Untuk Si Kecil

Berbeda dengan orang dewasa, anak memiliki sistem kekebalan yang lebih rentan. Rumah bisa saja menyimpan potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan anak. Apalagi desain rumah biasanya fokus mengikuti kebutuhan dan aktivitas orang dewasa, sehingga kebutuhan anak pun terabaikan. Terdapat beberapa kiat yang bisa Anda terapkan untuk menciptakan rumah ramah anak. Selain mengantisipasi sejumlah kecelakaan dan bahaya, cara ini juga memperhatikan aspek kenyamanan dan tumbuh kembang si kecil. Yuk simak tips berikut!

Baca juga artikel sebelumnya: Color of The Year 2020

Sesuaikan dengan Tahap Perkembangan Anak

Usia menjadi penentu kebutuhan ruang anak. Kebutuhan anak berusia balita jelas berbeda dengan anak usia sekolah. Aktivitas anak berkembang seiring pertambahan umurnya. Maka dari itu, penting untuk menyesuaikan kebutuhan ruang dengan tahapan pertumbuhan anak. Untuk bayi yang baru lahir, Anda perlu memperhatikan aspek kebersihan ruang. Pasang smoke detector untuk mendeteksi zat berbahaya di sekitar tempat tidur bayi. Jika udara di dalam ruangan terkontaminasi polutan berbahaya, Anda bisa menggunakan pemurni udara untuk menjernihkannya.

Saat balita, anak sudah mulai senang mengeksplorasi berbagai hal. Selain memilih furnitur yang dapat merangsang motorik dan kreativitas anak, gunakan juga berbagai jenis pengaman seperti, pelindung sudut lancip furnitur, handle lemari, dan penutup stop kontak.

Pada anak usia sekolah yang mengalami perkembangan fisik yang lebih aktif, keamanan rumah perlu ditingkatkan, terutama pada bagian tangga. Jangan menggunakan pelapis lantai yang licin dan pastikan handle tangga telah terpasang dengan kuat. Pastikan juga keamanan rumah anda dengan memasang kamera CCTV untuk merekam segala aktivitas yang terjadi di sudut-sudut rumah.

Perhatikan Desain Interior: Kids Friendly sekaligus Ergonomis

Pilihlan desain interior dengan warna-warna segar dan cerah untuk menggambarkan suasana bahagia di dalam rumah. Bagi si kecil, warna-warna playful dan cerah sangat baik bagi perkembangannya. Warna ini mensugestikan dunia anak yang penuh warna, ceria, aktif, kreatif dan menyenangkan. Apalagi dengan menambahkan ornamen-ornamen gambar idola si kecil, entah itu klub sepak bola favoritnya, atau karakter kartun idolanya.

Namun, Anda juga musti berhati-hati dengan penggunaan warna terang di ruang anak. Warna agresif seperti merah menyala dapat mengganggu kenyamanan anak sekaligus merusak estetika ruang. Komposisi warna yang tepat untuk ruang anak adalah 70 persen warna netral diaplikasikan pada dinding dan lantai, 30 persen warna terang diterapkan sebagai aksen pada elemen dekorasi. Kombinasi warna yang lebih berani bisa diterapkan pada mural dinding. Untuk warna utama sebaiknya kembali disesuaikan dengan tahapan usia anak. Warna pastel yang lembut pas untuk anak usia bayi dan balita. Sementara untuk anak usia sekolah, Anda bisa memilih warna yang lebih terang menyesuaikan dengan karakter anak yang lebih playful dan enerjik.

Meskipun furnitur dengan desain dan warna yang playful memang baik untuk perkembangan si kecil. Namun, dimensi furnitur juga perlu disesuaikan dengan ukuran tubuh anak. Struktur furnitur juga harus stabil dan kokoh sehingga kuat menopang tubuh anak dan tak mudah rusak saat si kecil menggunakannya dengan sembarang. Kendalikan juga pergerakan si kecil agar tak terlalu aktif saat bermain. Hindarilah desain furnitur yang mendorong perilaku hiperaktif, seperti memanjat, karena akan membahayakan si kecil. Selain itu, anak-anak juga lebih sensitif dengan pelapis furnitur. Kulit anak rentan terluka saat bersentuhan dengan furnitur dengan finishing kasar. Pilihlan furnitur dengan bahan finishing berbasis air (water-based).

Gunakan Bahan Pelapis Antitoksin

Anak begitu rentan terkena penyakit dari zat-zat berbahaya yang terdapat di dalam rumah. Sebagian besar waktu anak dihabiskan di dalam rumah. Hal ini membuat mereka begitu sering bersentuhan langsung dengan dinding dan lantai. Sekilas bagian-bagian seperti dinding dan lantai terlihat aman jika sering dibersihkan, tapi ternyata keduanya dapat menjadi sumber penyakit di rumah. Pastikan dinding tak dilapisi cat yang mengandung sumber polutan beracun Volatile Organic Compound (VOC). Zat ini dapat menyebabkan alergi, iritasi saluran pernapasan sampai kanker. Begitupun dengan pelapis dinding yang menggunakan larutan solvent-based yang mengandung tiner dan spiritus. Bau tajamnya dapat menimbulkan gangguan pernapasan.

Untuk pelapis lantai, sebaiknya pilihlah pelapis vinil yang terbuat dari PVC sehingga tak memiliki pori-pori yang bisa menyimpan banyak debu. Permukaan vinil juga cukup halus dan empuk sehingga dapat mengurangi rasa sakit saat anak jatuh jika dibandingkan dengan permukaan marmer atau granit. Namun, Anda bisa juga mensiasatinya dengan menambahkan karpet yang cukup tebal untuk melindungi gerak-gerik si kecil

* diolah dari berbagai sumber